Pengalaman Menjadi Solo Traveler Wanita

by - March 13, 2022

Traveling sangat menarik bagi siapa saja, tak terkecuali bagi wanita. Jika kamu salah satunya, selamat! You are brave enough!! Karena bagi sebagian wanita, solo traveling adalah hal yang sangat menakutkan. Terutama jika itu berkaitan dengan tempat-tempat berbahaya.

Pengalaman saya sebagai solo traveler memang belum lah sebanding dengan profesional traveler lainnya. Tapi cukup memberikan beberapa pelajaran berharga. 

But, as long as I still can travel, I don't care...

Berani bukan berarti careless ya guys.. Prioritas keselamatan diri tetap yang paling utama. Selain selalu waspada, tidak ada salahnya jika harus merencanakan traveling sedetail mungkin dengan menghindari tempat-tempat yang berbahaya sendirian. 

Solo Traveler Wanita
Solo Traveler 


INDONESIA

Jalan-jalan di Gedung Agung Yogyakarta

Di Indonesia, saya menghindari traveling di tempat-tempat sepi pada malam hari. Ketika membuat planning, kunjungan ke candi-candi yang tidak sebesar kawasan di Borobudur dan Prambanan saya jadwalkan di siang hari. Sedangkan wisata kuliner yang relatif lebih fleksibel, saya jadwalkan di malam hari. Untuk kunjungan ke lokasi-lokasi yang jauh ini, saya selalu mengusahakan tidak berjalan seorang diri. Ya, saya suka solo traveling. Tetapi jika medan tidak memungkinkan, saya tidak akan memaksa.

Saya selalu menghindari membawa barang berharga terlalu banyak karena akan mencuri pusat perhatian. Biasanya, saya hanya menggunakan kamera HP untuk dokumentasi, membawa uang secukupnya, dan selalu meletakkan tas di depan (di dada, bukan di punggung) agar lebih waspada.

Satu catatan lagi, saya memang kelewat berani, tapi saya pernah mendapatkan peringatan dari orang-orang lokal di Pasar Senin (Jakarta) untuk tidak menggunakan jembatan penyeberangan dini hari saat tidak ada seorang pun menyeberanginya. Saya mungkin berani. Tapi masalahnya, tempat sepi adalah sasaran empuk para pencopet beraksi. 

Yang khas di Indonesia adalah kebanyakan orang jalan bersama-sama, jarang sekali orang berjalan-jalan sendirian. Jadi ya agak bebal aja kalau ada orang yang iseng-iseng bertanya "mbak, kok sendirian aja?". Biasanya saya jawab iseng juga "Iya, teman/partner saya sedang rapat sebentar" hhehe.


AUSTRALIA

Parliament House di Canberra, Australia

Sebagai negara maju, Australia bisa dibilang cukup aman bagi wanita. Setidaknya begitu yang saya rasakan ketika traveling ke Australia pada 2015 lalu. Saya menjadwalkan wisata dari pagi hari pukul 06.00 untuk menghindari kerumunan ketika mengeksplorasi tempat-tempat terbuka. 

Kondisi di Canberra yang cukup sepi membuat saya berpikir ulang untuk berjalan jauh di malam hari. Jadi, saya menghabiskan malam hari untuk wisata kuliner di restauran sekitar hostel. Sedangkan di Sydney, malam hari sangat ramai. Jadi saya masih berani berjalan-jalan di sekitar hostel pada malam hari untuk menikmati gemerlapnya kota.

Oh ya, sebagai traveler yang cukup peduli dengan cost murah meriah, saya selalu booking hostel dengan kamar banyak yang khusus wanita. Selain murah (antara 100-300rb/malam), juga lebih terjamin keamanannya. Di hostel ini juga tersedia dapur umum dimana kita bisa memasak makanan sendiri. 


KOREA SELATAN

Gwanghwamun Gate di Seoul, Korea Selatan

Saya traveling di Korea Selatan dipandu oleh teman saya yang asli Korea. Teman saya tidak menyebutkan hal-hal yang butuh kewaspadaan khusus selain menghindari tempat minum jika waktu sudah lewat dini hari dan waspada saat dealing harga hotel karena harga yang ditawarkan tidak fix. 

Seoul sangat indah baik di siang ataupun malam hari. Tidak sedikit wisatawan yang terlihat berjalan seorang diri, meskipun Korea Selatan juga terkenal sebagai negara komunal seperti Indonesia dimana orang lebih banyak terlihat pergi bersama-sama.

Karena Seoul yang sangat ramai, teman saya menyarankan untuk lebih waspada dengan barang bawaan terutama di transportasi umum. Alhasil, saya membawa tas saya seperti saat saya traveling di Indonesia, yaitu di dada. 


JEPANG

Tsutenkaku Tower di Osaka

Saya bisa cerita banyak tentang Jepang, karena saya tinggal sekitar 3.5 tahun di Jepang. Jepang adalah negara yang aman bagi wisatawan dengan tingkat kriminalitas rendah. Itu berlaku untuk daerah yang didominasi penduduk lokal, bukan di daerah yang banyak wisatawan asingnya (menurut pendapat saya pribadi). 

Saya merasa lebih aman dan nyaman saat berwisata di daerah-daerah terpencil seperti di daerah Kyushu, tentu dengan mempertimbangkan kunjungan di siang hari. Pencopetan jarang sekali terjadi di transportasi umum, jadi sedikit lebih lega. Karena tidak banyak orang asing, sangat jarang terjadi penyerobotan antrean, terutama saat ingin berfoto di tempat dengan pemandangan indah. 

Di Kyoto, saya memilih hostel di dekat Stasiun Namba karena menurut saya stasiun yang strategis untuk akses kereta bandara. Tapi, kemudian teman saya mengatakan kalau Namba adalah tempat orang minum-minum. Saya baru sadar ketika berjalan di sekitar Dotonbori yang notabene memang banyak sekali izakaya alias tempat untuk minum-minum.

Di Kitakyushu saya menginap di hostel murah yang kemudian ketika saya mencari konbini (mini market), saya menemukan diskotik tepat dibawah hostel. Sewaktu sadar ya jadi gimana gitu... lha waktu booking hostel nggak mencari tahu ada apa saja di sekitar itu terlebih dahulu 😅 

Pengalaman menarik lain terjadi ketika saya berjalan mengunjungi daerah Shinsekai, tempat Tsutenkaku Tower berada. Saya menyempatkan beli takoyaki di sebuah stall di Shinsekai di malam hari, kemudian memakannya di kursi yang disediakan stall, tepat di sebelah laki-laki paruh dewasa (ojisan). Karena memang tidak kenal ya saya fokus saja menghabiskan takoyaki yang saya beli.  

Selesai makan takoyaki, saya berjalan menuju ke tower Tsutenkaku. Saya disapa banyak tante-tante yang dengan ramahnya menyapa "Hello, how are you?" sambil mengajak high five. Sejak kapan orang Jepang seramah ini dengan orang asing? Saya mulai menyadari kalau tante-tante ini pasti dalam pengaruh alkohol 😅

Ketika saya kembali ke Kagoshima (tempat saya tinggal selama di Jepang) dan saya ceritakan itu, teman saya orang Jepang dengan tegas mengatakan "Kamu tidak takut? Di situ kawasan orang minum-minum lhoo (minum dalam arti mabok). Dan banyak orang aneh". Saat itu saya kaget dan merinding sendiri. Hah?! Iya, Shinsekai memang agak "bagaimana" kalau dikunjungi malam hari sendirian.

Sejak saat itu, sebelum memutuskan tempat penginapan atau tempat kunjungan, saya selalu memastikan kawasan apa tempat tersebut, sebisa mungkin juga jauh dari diskotik. Sebisa mungkin menghindari kunjungan di sekitar pachinko (tempat berjudi) dan tempat minum di malam hari.


FYI: 

Saya adalah seorang yang dibesarkan di keluarga muslim di Indonesia. Image orang yang "minum" atau "mabuk" sangat jelek dibenak kami, karena memang selama ini orang-orang yang minum itu kebanyakan perilakunya tidak baik. Tapi sejak tinggal di Jepang dengan kultur nomikai (minum alkohol atau sake) dalam setiap kegiatan bersosialisasi, saya sadar tidak semua orang yang "minum" itu konotasinya buruk. 

Orang yang minum alkohol sepanjang dia masih bisa mengontrol diri itu masih dikatakan wajar. Ini terbukti, saya seringkali pulang dari kampus lewat dini hari melewati izakaya (tempat minum-minum) dan tidak pernah ada masalah. 

Yang tidak wajar adalah orang yang menjadikan "minum alkohol" sebagai kehidupan utama sampai dia tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Tempat berkumpulnya orang-orang seperti inilah yang perlu dihindari. Kita perlu bertanya pada orang lokal untuk mengetahuinya.


Well, itu mungkin sedikit pengalaman saya sebagai solo traveler wanita. Banyak serunya, tapi juga jangan lupa untuk tetap waspada.  Mungkin teman-teman punya pengalaman berbeda, silakan tinggalkan di komentar.

Sampai jumpa di cerita berikutnya ya..

Salam, 


You May Also Like

10 comments

  1. sama mbak, aku kalau traveling sendirian menghindari jalan ketika malam hari. Palingan kalau malam ya explore kota yang deket deket aja plus cari makan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hhhehe iya mbak... emang malem paling pas buat kuliner ya :))

      Delete
  2. aduh aduh keren banget mbak nya!! baiklah, bakalan mulai traveling sendiri ah yang penting tentang keselamatan utama yang penting ya mbaak!! ih keren banget sumpaah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank you mbak Ichaa... tapi saya masih newbie juga kok :))
      Iya mbak, kunjungi tempat yang pengin dikunjungi. Bebas tapi tetap safety first ya mbak.. Have a great travel!!

      Delete
  3. wah, saya suka sekali cerita pengalamannya, sangat keren dan menginspirasi bgt ya mbak.. solo travelling emang harus sering berhati2, karena kita tidak memiliki rekan atau kru yg bisa membantu kita saat situasi darurat..

    terimakasih telah berbagi informasinya ya.. silahkan mampir juga ke blog saya tegaraya.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya betul mas Tomy... boleh merasa bebas, tapi tetap keselamatan nomor 1.
      Siap mas... saya sering mampir kok :)))

      Delete
  4. Whoaaa belom pernah coba solo traveling, paling engga kalaupun pergi kesuatu tempat selalu ada satu teman :D kaya ga berani aja untuk pergi sendiri xixie tapi sebenernya penasaran juga sih. Thanks kak sudah sharing

    ReplyDelete
    Replies
    1. coba mbak hhehe di Indonesia aja dulu... lumayan seru kok ;))

      Delete

Thanks for leaving your comments