• Home
  • About
    • Author
    • Satsuma Biru
  • Categories
    • Travel
    • Culture
    • Live Hack
  • Countries
    • Australia
    • Indonesia
    • Japan
    • South Korea
  • Language
    • 日本語
    • English
    • Bahasa
  • Others
    • FAQ
    • miscellaneous
    • blog walking
linkedin facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Satsuma Biru

Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya - Ali bin Abi Thalib -

Tujuh belas Agustus tahun empat lima,
Itulah hari kemerdekaan kita....

Well, bagaimana upacaranya tadi pagi teman-teman? Setelah dua tahun kita sangat meminimalkan berbagai kegiatan outdoor yang berpotensi menularkan Covid-19, alhamdulillah tahun ini kondisinya lebih lebih baik. Pasti rasanya kangen berat bisa  bertemu kolega saat upacara di lapangan, melihat anak-anak kecil mengikuti lomba 17an, kirab budaya (karnaval), atau sesederhana melihat paskibra mengibarkan bendera merah putih. 

Kapan terakhir kali saya mengikuti upacara kemerdekaan? 

Kalau tidak salah sih tahun 2019 saat masih kuliah di Jepang. Walaupun tidak bisa mengikuti upacara formal seperti di Indonesia, kalaupun bisa rasanya juga berpikir dua kali untuk melakukan secara outdoor karena Agustus itu merupakan puncak musim panas di Jepang, tapi perayaan kemerdekaan yang kami lakukan tidak kalah meriah. Nah, penasaran kan seperti apa serunya merayakan 17-an di negeri orang? Di artikel ini saya akan berbagi pengalaman tersebut. Simak sampai akhir ya... 😉

Setiap tahun PPI Kagoshima merayakan kemerdekaan RI dengan potluck party, upacara sederhana (menyanyikan lagu Indonesia Raya) dan lomba-lomba seru untuk semua usia. Karena 17 Agustus itu bukan hari libur resmi di Jepang, kalau tidak bertepatan dengan weekend cukup sulit mengumpulkan mahasiswa dengan kesibukannya masing-masing, jadi kami selalu merayakannya pada weekend sebelum atau setelah tanggal 17 Agustus. 

Kebetulan tahun 2019 saya yang menyusun acara perayaan 17an, farewell party 2019 autum session dan nonton bareng festival kembang api di Dolphin Port. Saya dibantu dengan mbak Irien (bendahara PPIK) untuk mempersiapkan nasi tumpeng dan ibu-ibu lainnya membawa lauk pendamping. Konsep perlombaan beserta hadiahnya dipersiapkan oleh Naura & Aisyah (exchange student 6 bulan) di Veteriner. Suatu kebetulan saat itu beberapa orang tua mahasiswa sedang berkunjung ke Kagoshima, sehingga keluarga besar PPIK bertambah 4 orang. Lalu, tambahan short exchange student (2-4 minggu) sebanyak 8 mahasiswa, masing-masing 4 mahasiswa di Fakultas Perikanan (dari Universitas Sam Ratulangi) dan 4 mahasiswa di Fakultas Kedokteran Gigi (dari UI dan UNAIR) yang tentu saja menambah semarak kemeriahan perayaan kemerdekaan RI di Kagoshima tahun 2019. FYI, saat itu jumlah full time student plus keluarga rasanya nggak lebih dari 20 orang 😅.

Saya dan mbak Irien membuat nasi tumpeng dadakan di lobby Kaikan 1, lalu didekorasi dengan lauk-pauk yang dibawa oleh ibu-ibu lainnya. Meja dan kursi juga segera ditata melingkar sehingga setiap orang bisa duduk saling berhadapan. Bendera merah putih dan peta Indonesia telah dibentangkan di ruangan. Tak lama kemudian keluarga PPIK dan Ibu-ibu Angklung pun tiba di ruangan. Seluruh peserta (warga PPIK) mengenakan baju batik atau baju berwarna merah putih. 

Perayaan kemerdekaan dimulai pukul 12.00 JST (jam makan siang) dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama (Mbak Irien yang menjadi pemimpin upacara, dan saya menjadi konduktor dadakan). Setelah itu dilakukan penyerahan kenang-kenangan dari PPIK dan Ibu-ibu Angklung untuk mahasiswa yang akan kembali ke Indonesia for good pada bulan September 2019, yaitu Naura, Aisyah, serta mbak Vena sekeluarga (mas Tim, Ken dan Kiyomi). Selanjutnya, kami semua berfoto bersama terlebih dahulu sebelum makan siang, karena beberapa mahasiswa short exchange akan mengikuti acara welcome party di Fakultas Perikanan.

Acara makan siang diawali dengan potong tumpeng oleh ayah mbak Icha, diberikan kepada orang termuda di ruangan itu, yaitu Naura yang waktu itu usianya 23 tahun (wakasou!). Selanjutnya peserta boleh menikmati makan siang dengan bebas dan leluasa. Selain tersedia masakan Indonesia yang dibawa oleh warga PPIK, ibu-ibu Angklung juga membawa satu set sushi dan makanan Jepang lainnya. Jadilah menu makan siang kali itu adalah masakan Nusantara dan masakan Jepang yang kaya cita rasa. Perayaan kemerdekaan ini sebenarnya juga momen pertama bagi para short exchange student untuk bisa bertemu dan bertukarpikiran dengan keluarga besar PPIK lainnya, sehingga jam makan siang pun terasa sangat singkat. 

Next, perlombaan. Lomba tebak dan peragaan kata untuk dewasa dipimpin oleh Naura, sedangkan saya mengarahkan anak-anak untuk lomba mewarnai. Sejujurnya lomba buat anak-anak ini effortless karena mereka memang belum paham apa itu kompetisi 😅. Cukup diminta untuk mewarnai gambar lomba 17an di Indonesia, yang mereka sendiri mungkin belum pernah lihat sama sekali hhehe, lalu kita lihat imajinasi mereka seperti apa. Tapi karena nggak dikompetisikan, setiap anak yang selesai mewarnai harus dikasih hadiah, yang selesai paling duluan dia berhak memilih hadiah. 

Peserta lomba tebak dan peragaan kata ini terdiri dari dua orang, satu satu peserta harus memperagakan kata yang harus ditebak oleh pasangan mainnya. Lucu, terutama waktu ada yang kebagian tebak judul lagu, tapi lagunya lagu angkatan lebih muda dari umurnya, alhasil nggak bisa menjawab juga 😂. Ada juga yang nggak tau "zumba" itu seperti apa jadi nggak bisa memperagakan, padahal si pasangan main tau zumba itu apa 😂

Lomba berikutnya wajib diikuti semua orang dewasa, yaitu lomba memindahkan kelereng dengan sumpit dengan waktu 15 detik (Ata-kun yang jadi timer sekaligus juri). Dan yang jelas sumpitnya bukan sumpit kotak ala Jepang, jadi licin sekali buat memindahkan kelereng yang memang bentuknya sudah bulat. If you know how difficult it was 😂. Meskipun demikian, ada lho yang bisa memindahkan 15 kelereng. Keren kan 😂

Acara ditutup pukul 17.00 JST setelah hadiah habis, semua merasa puas bertukarpikiran, dan beberapa tidak sabar perlu persiapan ke Dolphin Port untuk melihat festival kembang api (Hanabi). 

Meskipun tidak semua warga PPIK ikut melihat Hanabi, tapi acaranya berlangsung cukup fantastis. FYI, festival kembang api di Dolphin Port adalah yang terbesar di Kagoshima City. Jadi bisa dipastikan antusias penonton cukup tinggi dan juga atraksi kembang apinya yang luar biasa. Meskipun ditutup dengan hujan deras, tidak mengurangi kekhidmatan pertunjukan :)).

Okay, sekian catatan perayaan 17 Agustus 2019 di Kagoshima yang ditutup dengan nonton bareng Fireworks Festival.


Sampai jumpa di cerita berikutnya ya...

Salam,




Share
Tweet
Pin
Share
18 comments
Newer Posts
Older Posts

Total Pageviews

FLAG COUNTER

Flag Counter

About me

About Me

I am Izza, a plant scientist who likes traveling. Mostly I post about cultural exchanges and my travel experiences to historical sites and natural sceneries.

My Snapshots

blog list

  • Pejuang Pena
  • Satsuma Career
  • Satsumakan

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  February 2023 (1)
  • ▼  2022 (19)
    • ►  October 2022 (1)
    • ▼  August 2022 (1)
      • Merayakan 17-an Agustus di Negeri Orang
    • ►  June 2022 (1)
    • ►  May 2022 (1)
    • ►  April 2022 (5)
    • ►  March 2022 (6)
    • ►  February 2022 (3)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (5)
    • ►  December 2021 (2)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  March 2021 (2)
  • ►  2020 (3)
    • ►  November 2020 (1)
    • ►  July 2020 (1)
    • ►  March 2020 (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  October 2019 (1)
    • ►  May 2019 (1)
  • ►  2018 (2)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  April 2018 (1)
  • ►  2015 (3)
    • ►  October 2015 (3)

Followers

BloggerHub

BloggerHub Indonesia

Blogger perempuan

Blogger Perempuan

1 minggu 1 cerita

1minggu1cerita

Created with by ThemeXpose