• Home
  • About
    • Author
    • Satsuma Biru
  • Categories
    • Travel
    • Culture
    • Live Hack
  • Countries
    • Australia
    • Indonesia
    • Japan
    • South Korea
  • Language
    • 日本語
    • English
    • Bahasa
  • Others
    • FAQ
    • miscellaneous
    • blog walking
linkedin facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Satsuma Biru

Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya - Ali bin Abi Thalib -

 

Entah hari ini semangatnya luar biasa sekali. Bangun jam 4 pagi, padahal subuh masih setengah 5 dan langsung ngadep HP buka google map searching-searching rute dari Canberra YHA ke Realm Hotel dan langsung coret-coret. Semalem udah tanya kak Ravi sih, tp pending. Udah buka website action.act.gov.au juga, tapi bukannya makin ngerti malah makin bingung. Pokoknya yang saya paham, tujuan akhir dari bus itu cuma ada 2, Tuggeranong sama Woden. Nah, perkaranya apa semua yang ke Woden itu lewat Realm Hotel? Atau apa yang ke Tuggeranong itu lewat Realm Hotel? Gagal paham awak. Dari google map lebih jelas sih, pilih bus no 2 ato no 3 aja yang berhenti di London Circuit after Akuna Street. Sipp! Tahap pertama soal nomor bus terselesaikan. 

Selanjutnya, gimana cara tau itu bus dengan nomor yang saya tunggu? Gimana cara memberhentikannya? Trus, bayarnya cash apa pake kartu? Alamak.. kenapa semua baru terpikir sekarang *tepuk jidat* 

Saya baca-baca lagi web action.act.gov.au, mungkin saya udah mabok bahasa Inggris kali ya sampai gagal paham apa yang ditulis di website. Tapi menurut saya, kosakata-nya memang berat. Saya cuma tau saya harus memberi tanda, dan untuk pembayaran saya bisa pake cash dengan nominal yang kecil pas pertama kali masuk ke driver. 

Sebelum berangkat, saya sempatkan tanya ke resepsionis hostel. "How to stop the bus?" tanyaku, eh si resepsionis kagak paham apa yang saya maksud. "You can use your hand so the driver will notice" dia jawab. *mamam.. gagal komunikasi awak* akhirnya saya coba lagi." "I mean, how to identify the right bus" tanyaku lagi. "Oh, you should know the number of the bus will you pick" jawabnya. *haduh masih gagal* Akhirnya saya tunjukin coret-coretan saya. "Yes..yes.. I already know which number, but how to identify the number of the bus? Is it shown in the bus?" Tanyaku lagi. "You can see in the bus, its written in front of the bus" jawabnya sambil senyum. Ahaa akhirnya dia paham, wkwk. Pertanyaan sepele sih, tapi kalo gak ditanyain bisa bengong di depan bus stop awak. "And I can pay with cash?" saya tanya lagi. "Of course. You can pay in cash!"jawabnya lagi. "Okay, thank you very much for your information" kataku menutup percakapan. "You're welcome" jawabnya. Dan saya langsung ngabur keluar ke bus stop. 

Yes! Theoretically it solved. But the practice, will starts soon! 


Naik bus pertama kali dan gak bayar! 

Saya nunggu bus dan saya perhatikan bener-bener tulisan di depan bus itu, dan alhamdulillah gak lama kemudian muncullah bus number 3 dan saya langsung naik. "I want to buy one way ticket" kataku ke driver sambil nunjukin duit 20 AUD. "Oh okay, wait" dia langsung bongkar-bongkar kantongnya dan gak menemukan kembalian buat-ku. "Its okay you don't need to pay now, where will you go?" Tanyanya. "I'll go to Realm Hotel" jawabku. "Its okay, because you aren't regularly customer. 20 dollars is to much!" katanya. Seketika awak merasa malu-malu gimana gitu, itu uang pecahan terkecil yang awak punya dan masih dibilang terlalu besar. Anw, drivernya cewek lhoo.. 

Dannn... rasanya bengong lagi, sebab bus stop yang tertulis di monitor beda sama yang udah saya tulis di catetan, kan kayak gak tau arah -_-. Akhirnya buka Maps.Me dan lihat posisi pake GPS, alhamdulillah gak pake kesasar. 

Pas turun, saya tanya lagi, "Are you still don't have money change?". 'Its okay!' katanya. Walah.. jadi ini ceritanya saya naik bus pertama kali di Canberra, gak bayar karena uang-ku terlalu besar dan si sopir gak punya kembalian. Alasan si driver bolehin saya tetep naik adalah karena saya bukan pelanggan reguler, jadi wajar saya nggak tau kalau 20 AUD itu masih terlalu besar (4.6 AUD dari 20 AUD rasa-rasanya gak seberapa besar lhoo *menurutku*, soalnya di Jepang pernah bayar 130 Yen dengan uang 10.000 Yen *lebih parah*, tapi ternyata saya salah). First impression yang memorable banget deh! Besok-besok kudu bawa receh buat naik bus. 


ISRR 9 - Symposium 
Setelah pasang poster dan keliling-keliling bentar lihat poster kerjaan yang lain, dan lihat jam udah jam 8.45 am, akhirnya saya masuk ke ballroom yang dikasih resepsionis tadi. Pertama kali selalu dimulai dengan keynote speaker, dan selanjutnya adalah oral presentation yang dibagi di 2 ruangan berdasarkan topik yang lebih spesifik. Saya lebih tertarik dengan topik yang berkaitan sama plant stress baik karena environment ataupun nutrient, soal signalling sama root architecture.

Pas coffee break, saya baru ketemu sama peserta dari Indonesia lainnya yaitu mas Danny. Yap, cuma 2 orang dari Indonesia yang ikut Symposium ini, saya sama Mas Danny. Dalam hati, finally ada yang bisa diajak ngobrol pake bahasa Indonesia juga, wkwkwk, dari kemaren mabok bahasa Inggris, bukan gak ngerti sih, tapi berasa ngomong diawang-awang -_-

Beruntung ada Tour Mid-Symposium jadi gak perlu meluangkan waktu khusus buat exploring Canberra, ya minimal udah ada yang dikunjungi kalau nggak sempat jalan-jalan lagi. Kemaren sengaja milih Parliament House/Australian War Memorial dan Floriade Festival, meski nggak tau apa itu Floriade sampe pas ngobrol sama Bu Maya di kasih tau kalau Floriade itu terkenal banget karena cuma setahun sekali diadakan di Canberra as spring welcome festival.


Australian War Memorial
Pas bus yang saya naiki masuk ke halaman Australian War Memorial, I'm very surprised dan seketika ekteriornya menghancurkan bayangan saya sebelumnya. Awalnya, saya pikir Australian War Memorial itu bakal mengupas tuntas masalah peperangan-peperangan internal Australia aja, jadi saya bakal nggak ngerti ketika masuk ke dalam-nya karena saya memang gak banyak belajar sejarah Australia secara spesifik. Tapi sekali lagi saya salah, yah! Dari halaman depan sudah ada patung atau monumen terkait Korea Selatan, terkait Turki, dan peperangan-peperangan penting lainnya. Yap! Ini bukan hanya tentang Australia, tapi tentang dunia.

Setelah dikasih tau kita harus kumpul kembali jam 3.30 pm buat ke Floriade bareng-bareng, tiba-tiba tangannku nunjuk "I'm sorry, but what is that?" tanyaku pada pemimpin rombongan. "Thats Parliament Hill, its near and if you stay in Hotel Realm you can walk to get there" katanya. "No, I'm stay near here" jawabku. Pokoknya ngobrol-ngobrol bentar soal itu dan selanjutanya dia jalan masuk ke Australian War Memorial.

Thats Great!! Jadi dari Parliament Hill itu kalau ditarik garis lurus, ketemu sama Australian War Memorial, gak ada gedung besar yang menghalangi pemandangan. Jadi semisal kita foto di halaman depan Australian War Memorial, kita bisa dapet background Parliament Hill. Amazing!!
jauh diujung sana ada segitiga menjulang ke atas yang di puncaknya ada bendera Australia, itu Parliament Hill

Di depan Australian War Memorial
Entah seketika aku bilang "Can you take my picture, please?" ke orang Asia tapi saya belum yakin negara-nya mana, background yang bagus ini sayang banget buat dilewatkan. Then setelah foto-foto, aku bilang "thank you very much". "For your pleasure!" Trus setelah minta tolong fotoin, the next adalah kenalan!

Yap! Semudah itu cari temen ngobrol. 
Tapii gag semua bisa dideketin dengan cara itu -_-

Akhirnya aku tau Roel dan Nona adalah Philipines. Roel adalah peneliti di Phil Rice, Nona sedang study master di Nagoya University. Yes! Nice to met both of them.

Pelataran dalam Australian War Memorial
Selanjutnya kita muter-muterin Australian War Memorial bareng-bareng. Disini saya udah bisa ngerasa perbedaan mencolok Western sama Asia. Orang Asia cenderung berkelompok, Western cenderung individual. Jadi kalau jalan ya sendiri aja, kalo merasa butuh baru kenalan.

Kalo saya sih, asal gk over foto-fotonya, its okay. Sebab pernah sama temen, dia mulu yg mau jadi model, giliran suruh gantian ambil gambar suka seenaknya. Nah, saya gak suka jalan sama orang kek gini. Lebih baik sendiri. 

Banyak hal yang dikupas di dalam Australian War Memorial, sejak jaman perang dunia ke-1 sd sekarang. Hal baru yang saya tau adalah soal ANZAC (The Australian and New Zealand Army Crops), well ini pertama kali saya denger dan selanjutnya saya banyak googling-googling soal ANZAC.

Nah, dia punya cerita soal Indonesia juga
Nona bilang lebih suka bagin luar, karena bagian dalam searasa melow. Iyapp, sama. Yah namanya war memorial, ya semua memori-memori tentang peperangan. Gak ada peperangan yang gak memakan korban, jadi ya pasti sedih. Australian War Memorial kurang lebih mirip monas atau monumen yogya kembali kalau di Indonesia, tapi lebih adem dan lebih nyaman. 

Dia juga punya cerita soal Jepang
Japan offer to surrender, nah ini di PD II

Floriade 

Floriade adalah perayaan terbesar Australia untuk menyambut musim semi, sekaligus the iconic event of Canberra. Banyak orang yang berbondong-bondong dateng ke Canberra demi melihat Floriade *termasuk temen satu hostel saya jauh-jauh dari Sydney ke Canberra demi ngelihat Floriade*. Lokasi tepatnya di Commonwealth Ave, Parkes ACT 2600, Australia dan untuk tahun 2015 ini dibuka sejak 12 September - 11 Oktober 2015. Beruntung banget tahun ini dapet kesempatan dateng dan merasakan sendiri Floriade itu seperti apa, pertama kali juga lihat tulip wkwkwk (tahun kemaren sempat ngiler lihat foto-foto kak Erik di Keukenhof, alhamdulillah tahun ini lihat secara langsung di tempat yang berbeda).  
Nice act, nice picture!
The best picture of me, taken by Nona
Di sini banyak unpredictable-unpredictable stories, haha. Ketemu banyak orang Indonesia di sini sapa-sapaan, dan karena saya jalan bareng Nona dan Roel eh mereka dikira orang Indonesia juga, sampe saya harus menjelaskan "Oh no, only me Indonesian. They were Philipine" kataku pake bahasa Inggris. 

Tau nggak hal paling nggak enak itu kalau kamu ada di antara mereka dan mereka ngomong pake bahasa mereka sendiri bukannya pake bahasa Inggris, berasa kamu nggak dianggep diantara mereka. Jadi sebisa mungkin saya sealu pakai bahasa Inggris, meskipun suka keceplosan pake bahasa Indonesia tapi kemudian saya harus translate ke bahasa Inggris lagi. 
  

 

Ketemu lagi sama mas Danny di sini, trus participant dari Jepang minta saya buat fotoin dia diantara bunga-bunga di Floriade. Yapp!! Hidup itu seru kalau bisa komunikasi, walau cuma minta difotoin. Ini sih karakter yang saya suka dari orang Jepang, meski kadang kita harus approach duluan, tapi sekalinya dia lihat kindness kita, dia juga jadi gak sungkan buat minta tolong atau ngobrol sama kita. 

Tulip ^^
Lalu.. entah apa yang unik dengan saya (pede banget!!) tiba-tiba ada orang Australia yang ngikutin saya dari belakang terus menghadang "I'm sorry, I just want to ask, are you Indonesian?" dia tiba-tiba udah disamping saya. Kontan aja kaget "Oh yes, I'm from Indonesia" jawabku. "Ada apa kamu ke sini?" tiba-tiba dia tanya dalam bahasa Indonesia, dan pertanyaan itu kalo yang nanya orang Indonesia udah keki saya, suka-suka dong wkwk. "Oh.. saya ikut simposium" jawab saya sambil nunjukin name tag yang saya pakai. "Yeah, I see so many people wears that too"katanya trus dia lihat saya dari Bogor Agricultural University dan mulai tanya-tanya lagi. Dia tahu CIFOR dan beberapa kali pernah ke sana, yapp pantes kepo-kepoin mulu, dia pernah ke Indonesia ternyata. Trus saya tanya balik "kamu bisa bahasa Indonesia?" dan apa jawab-nya, "Ya, sedikit-sedikit bodohlah" hhaha tiba-tiba kami tertawa. Sebenernya saya penasaran, kenapa dia bisa tau kalau saya orang Indonesia diantara mas Danny yang juga ada disitu dan tentunya ada Nona dan Roel yang orang Indonesia aja gak tau kalau mereka dari Filipina. Tapi dia kemudian bilang "Oh enjoy Australia, and See you!" yahhh orang itu emang cuma ngejar rasa penasaran aja deh -_-. Mungkin, gaya jilbab saya khas orang Indonesia kali, pikirku menutup penasaran yang bakal gak berujung.

Saking merasa akrabnya sama Roel dan Nona, saya suka lupa kalau mereka orang Filipina, dan saya suka keceplosan ngomong bahasa Indonesia, sampai kemudian mereka bertanya "What?" baru saya sadar kalau mereka gak bisa bahasa Indonesia. 

Kalau ngelihat sehamparan bunga kek gini, siapa yang gak 'ngiler'? 
Sepanjang jalan saya lebih banyak bercanda sama Nona, saya bilang ke Nona "Kamu tau nggak arti Nona dalam bahasa Indonesia?" kataku. "Miss" kataku dan dia tertawa "Wow!". Yap.. kalau Roel, dia adalah peneliti padi yang namanya sering saya baca di jurnal-jurnal, bahkan buku metode penelitian akar yang diterbitkan IRRI yang saya rujuk, tertulis nama dia di sana. Saya gak asing, dan its honour for me bisa kenal akrab dengan mereka. 

Perjalanan dari Floriade berakhir pukul 5.00 am, dan karena mobil mau ke arah Hotel Realm, saya minta ke Ryan (comittee) untuk diturunkan di bus stop terdekat aja di sekitar city hill. Yap,, saya turun di Edinburgh st lalu say goodbye ke peserta yang lain, dan saya berjalan muterin London circuit ke arah Akuna Street. Baterai saya tinggal 7%, dan itulah kenapa sejak di Australian War memorial saya matikan HP dan lebih memilih foto-foto dengan kamera digital padahal kualitas gambar masih lebih bagus HP, karena saya lebih butuh GPS. 


New Roomate

Swift card buat masuk ke kamar 104 memang rada error, jadi kadang saya harus berusaha masukkin berkali-kali sampe pintu terbuka, dan itu bikin saya 'gedeg'. Tapi hari ini, ada yang bukakan pintu kamar buat saya trus bertanya 'don't you have the swift card?' tanyanya. "Yes I have, but I don't know why sometimes its didn't work" jawab-ku.

Trus akhirnya kita ngobrol, dan dia tanya apa saya udah ke Floriade? Yapp. Trus dia nanya lokasi tepatnya dimana, berapa tiketnya dan apa kita bisa jalan ke sana, dan bla..bla..bla.. saya jelasin juga bla..bla..bla.. komplit! Akhirnya kita tanya personal, yap dia dari Sydney dan sengaja dateng kemari just for Floriade (awesome banget ya!!). Trus gantian dia tanya-tanya saya, asal, pekerjaan, dan terakhir 'religion'. Baru kali ini ada yg nanya begituan. Tapi rasanya sih lebih ke penegasan. Trus saya jawab "I'm Moslem", "yes I think so" katanya.

Dia bakal stay disini 2 malem, dan kemudian saya lihat kasur sebelah juga udah isi. Wokee malam ini ramean. Pengin rasanya jalan-jalan karena jam  masih terang benderang, tapi berhubung kunci kamar rada senewen begitu, malah jadi takut gak bisa masuk kamar *pff ada-ada aja*


Visit this article: Exploring Australia with Symposium 
http://agriculture.gov.au/travelling/to-australia
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

 



Setelah fix didanai (walaupun partial funding sih), lalu saya mengurus semua administrasi untuk mengikuti Symposium (ISRR9 di Canberra) mulai dari Visa.

Setelah lirik sana-sini soal visa, tiket pesawat, penginapan, googling-googling, dll saya paham kalau untuk kunjungan ke Australia ini lebih baik tidak membeli tiket pesawat terlebih dahulu sebelum visa di approve. Karena pengalaman ngurus visa Jepang saya lakukan sendiri dan tidak merasa kesulitan, saya juga mengurus visa Australia ini sendiri, iya ribet sih, tapi banyak pengalamannya.

Syarat-syarat apply visa Australia antara lain:
  1. Formulir Visa: Karena saya mau mengunjungi Australia antara 7 sd 10 hari, saya pilih visa tourist visitor sub class 600 dengan formulir 1419 dan formulir tambahan  
  2. Paspor asli (minimal masih berlaku 6 bulan) beserta fotokopi. Kemarin saya sertakan semua fotokopi baik halaman biodata maupun visa-visa yang pernah saya apply.
  3. Fotokopi KK
  4. Fotokopi KTP
  5. Fotokopi Akte Kelahiran
  6. Fotokopi Kartu Mahasiswa
  7. Surat Keterangan Mahasiswa Aktif dari International Collaboration Office IPB
  8. Fotokopi Rekening Koran, 3 bulan terakhir
  9. Pas foto 4x6 ditempel langsung ke formulir
  10. Invitation atau bukti registration mengikuti kegiatan Symposium
  11. Bukti Sponsor Perjalanan. Kemarin saya kirimkan print out email yang menyatakan kalau perjalanan saya disponsori ACIAR (Australian Center for International Agricultural Research) dan IPB
*) Ini berdasarkan status saya sebagai mahasiswa yang akan mengikuti Symposium. Jadi silahkan dicek syarat-nya untuk status yang berbeda
Pengurusan visa Australia tidak dilakukan di kedutaan besar Australia, melainkan mereka sudah menyerahkannya ke Vfs Global yang lokasinya berada di Kuningan City Mall Second Floor Jl Prof Dr Satrio, Setiabudi. Kalau dari Bogor, saya naik CL turun di Stasiun Tebet dan lanjut naik angkot biru ke Kuningan City.  

Ketika ke Vfs, harap perhatikan barang-barang yang dibawa sebab ada pemeriksaan seperti di bandara. Setelah melewati pemeriksaan, HP diminta untuk dimatikan dan kita langsung masuk mengambil nomor atrian sesuai negara yang kita tuju. Nb: VFs juga melayani pembuatan visa ke UK, US, NZ, dll jadi rame banget di dalam. Nah, pengumuman alias announcement-nya pakai bahasa Inggris. Jadi kalau dirasa-rasa kuping rada gak bener pendengarannya, lebih baik nunggu di depan monitor biar bisa sering cek antrian.

Proses di Vfs nggak lama, kalau boleh saya bilang antrinya lebih lama ketimbang pelayanannya sendiri. Cuma sekitar 10 menit saya menyelesaikan administrasi berkas-berkas saya dan melakukan pembayaran. Selanjutnya, kita bisa track aplikasi permohonan visa kita di website Vfs.

Proses aplikasi tebilang cepat, dalam 2 hari saya mendapatkan email dari dfat.gov.au dan saya sudah senang bukan main, tapi ternyata... saya salah mengisi formulir. Saya kira kalau hanya sebentar, saya bisa menggunakan visa tourist. Ternyata visa tourist hanya untuk mereka yang berlibur, sedangkan saya ke Australia tujuan utamanya untuk mengikuti Symposium jadi seharusnya saya mengisi formulir untuk bisnis 1415 (Visitor Visa -Business Visitor Stream). Formulir 1415 tersebut saya print, lalu saya isi kembali dan saya scan untuk dikirimkan melalui email.

FA600 Visitor visa – Tourists Visitor stream is intended for tourism purpose only.
FA600 Visitor visa – Business Visitor stream is intended for people travelling to Australia for a short business visit. This includes making a general business or employment enquiry, negotiations or participating in a conference.

Keesokan harinya, tadaaa.. saya mendapat email kembali dan kali ini visa saya yang dikirimkan melalui email. Visa saya print dan saya selipkan di paspor saya agar ketika berangkat saya tidak bingung lagi. Alhamdulillah! Satu langkah selesai. One Step Closser to Australia...

Oh ya, saya apply multiple entries karena biayanya sama antara single entry maupun multiple entries.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

 Kesempatan ke Australia berawal dari aplikasi poster hasil penelitian saya lolos seleksi dan sekaligus mendapatkan bantuan akomodasi developing countries travel support dari ACIAR (Australian Center for International Agricultural Research). Riset karakter perakaran padi pada kondisi terendam yang saya lakukan Maret 2014 lalu saya ajukan ke abstract submission ISRR 9 atas arahan pembimbing. Pengumuman mendapatkan travel support saya terima melalui email pada awal Juni 2015 dan pertengahan Juni saya mendapatkan informasi dari panitia abstract saya diarahkan untuk poster presentation.


Dan.. semuanya bermula dari sini. Informasi kegiatan ini saya dapatkan dari pembimbing saya terkait penelitian saya tentang perakaran padi.


ISRR 9: The 9th Symposium of International Society of Root Research 

International Society of Root Research merupakan kumpulan scientist dunia yang memiliki fokus penelitian terhadap akar tanaman. Mereka membentuk suatu komunitas yang mengadakan pertemuan periodik untuk mempresentasikan hasil temuan terbaru mereka dan saling berbagi dengan seluruh peneliti lainnya. Lokasi pertemuan berbeda-beda setiap tahunnya dan untuk tahun 2015, kegiatan dilaksanakan di Canberra, Australian Capital Teritority.

1. Abstract submission:
dapat merujuk ke website http://www.rootresearch.org  

2. Travel support:
bisa dibilang tergantung panitia penyelenggara saat itu dan nggak menjamin setiap conference/symposium menyediakan travel support. Tapi sebelum mendaftar, pastikan lebih jeli untuk membaca semua informasi di website. Kita nggak tau ada tidaknya peluang kalau kita hanya mendapatkan informasi setengah-setengah. 


Preparation

1. Visa Application : klik link
Pertama-tama yang harus dilakukan, sebelum hunting tiket pesawat, booking hotel, dll. 

2. Cari kenalan orang Indonesia di Australia
Kita memang nggak bisa sepenuhnya menggantungkan bantuan orang-orang Indonesia yang tinggal di Australia, tapi dengan mencari kenalan orang Indonesia tinggal di sana kita bisa mendapatkan beberapa informasi-informasi mendasar dan penting. Karena saya mahasiswa, perkumpulan yang saya cari adalah Perhimpunan Pelajar Indonesia atau PPI di Australia (PPIA). Bisa cari di facebook (grup, fanpage, dll) atau website resmi-nya dan cari informasi kontaknya untuk dihubungi secara personal. 

Dari sini saya kenal dengan kak Ravi di University of Canberra, dapat info dosen IPB (Prof Ronny) yang menjadi atase pendidikan di KBRI Canberra, dan beberapa kakak kelas dari komunitas dan organisasi yang saya ikuti yang sedang melanjutkan studi di Australia. Semuanya sangat membantu, terutama terkait informasi-informasi mendasar di lokasi yang saya tuju seperti sistem transportasi, cuaca lokal, hostel, dll.

3. Itinerary
Penting dipersiapkan sedetail mungkin, termasuk plan B jika rencana awal kita tidak realistis. Belajar perjalanan sebelumnya, pergi bareng-bareng itu emang enak sih, tapi jika kemudian nggak klop, yang ada malah jadi kita di dominasi sama kemauan orang. Jadi kali ini saya persiapkan semuanya sendiri, tempat-tempat mana aja yang ingin saya kunjungi, rute-nya bagaimana. 

Terkait tiket pesawat Jakarta-Sydney yang lagi on demand, akhirnya saya putar haluan ke Melbourne dan berencana menempuh jalur darat untuk mencapai Canberra. Tapi karena saya pengin banget mampir ke Opera House, saya tetep pilih Sydney sebagai titik balik menuju Jakarta. 

Selanjutnya, saya rajin googling cari informasi transportasi apa aja yang bisa saya tempuh untuk mencapai Canberra melalui jalur darat. Apa juga yang harus saya gunakan utuk mencapai Sydney dari Canberra? Semuanya saya coret-coret di buku khusus perjalanan saya, plan A plan B, dan bahkan transportasi tidak langsung pun juga saya tulis. 

Saya sempat tanya moda transportasi utama tiap kota ke kak Ravi yang berakhir saya ngeprint banyak sekali map NSW (bus, train, dll) dari website, tapi saya kecolongan soal bus yang merupakan transportasi utama di Canberra. Saya ingat kalau di Jepang kemarin saya harus beli Suica card untuk mempermudah pembayaran transportasi umum, nah bagaimana dengan Canberra?  Apa bisa bayar cash? Bagaimana rute-nya? Saya lupa melakukan research mendetail tentang itu, dan akhirnya sebelum eksekusi baru malam-malam saya tanya kak Ravi lagi dan buka web action.act.gov.au yang itupun saya makin bingung. Ujung-ujungnya saya pakai google map, dan saya tau nomor bus yang harus saya naiki. Dan esok pagi-nya saya harus memastikannya ke resepsionis hotel kembali. 
Harus digarisbawahi bahwa selain tau moda transportasi utama dan rute-nya, kita juga harus mempelajari sistem pembayarannya.  
4. Accomodation
Akomodasi disini meliputi penginapan dan tiket pesawat. Pertama dan yang paling utama adalah CC atau Credit Card, karena hampir semua membutuhkan itu untuk proses booking.

Credit Card
Nggak banyak orang punya credit card terutama buat yang penghasilannya masih pas-pasan termasuk saya. Lalu bagaimana? Nggak punya credit card nggak berarti langkahmu untuk menikmati dunia luar terhambat. Setelah searching-searching, saya dapatkan info VCN BNI yang memiliki fungsi mirip credit card. Untungnya saya juga nasabah BNI, jadi saya langsung ke Customer Service untuk menanyakan hal tersebut. Kalau penasaran, coba buka web bni.co.id atau google-google aja. 

Booking tiket pesawat
Biasanya saya pakai skyscanner.com; nusatrip.com dan belakangan saya tau airpaz.com. Kalau ada harga yang murah, jangan lupa croscek ke web maskapai tersebut terlebih dahulu. Buat pemegang kartu ISIC, dll lebih worth kalau booking lewat STA travel. Booking tiket usahakan sebelum H-1 bulan, sebab setelah itu harga tiket terus merangkak naik. 
    Booking hostel/hotel
    Kalau saya kemaren sih minta reference kak Ravi dulu mana yang terdekat dengan lokasi kegiatan saya. Karena meskipun pakai google map, tapi saya masih gak punya bayangan seberapa jauh jarak tersebut sebenarnya. Selanjutnya saya pakai google map buat tau seberapa jauh penginapan saya dengan lokasi kegiatan dan memulai perhitungan, kira-kira worth atau enggak biaya murah penginapan ditambah transport ke lokasi kegiatan, atau lebih baik penginapan yang dekat dan sedikit lebih mahal. 

    Kalau di Australia, saya rekomendasikan YHA (yha.com.au) karena fasilitas dan pelayanan-nya oke. Tapi kalau mau cari yang lebih murah, bisa lewat booking.com atau agoda.com. Kalau pengin berbaur dengan warga setempat, Airbnb juga salah satu pilihan selain Couchsurfing. 

    5. Maps 
    Buat saya ini penting banget, pedoman biar gak nyasar-nyasar. Hari pertama masih pake map kertas yang dikasih sama tourism center, nyari King street di Melbourne aja nyasar-nyasar, wkwkwk. Biasanya di Indonesia saya pakai google map, tapi karena di luar negeri gak menjamin dapet sinyal internet, dan kalau beli simcard cuma buat 3-7 hari rasanya nanggung. Andalan saya adalah pake aplikasi MAP.ME yang bisa di download di playstore, selanjutnya bisa download map per negara yang bakal dikunjungi. Aplikasi ini bisa dipakai offline karena langsung pake GPS. Yes, ini sukses menghantarkan saya jalan-jalan selama di Canberra dan Sydney. 

    Share
    Tweet
    Pin
    Share
    No comments
    Newer Posts

    Total Pageviews

    FLAG COUNTER

    Flag Counter

    About me

    About Me

    I am Izza, a plant scientist who likes traveling. Mostly I post about cultural exchanges and my travel experiences to historical sites and natural sceneries.

    My Snapshots

    blog list

    • Pejuang Pena
    • Satsuma Career
    • Satsumakan

    Blog Archive

    • ►  2023 (1)
      • ►  February 2023 (1)
    • ►  2022 (19)
      • ►  October 2022 (1)
      • ►  August 2022 (1)
      • ►  June 2022 (1)
      • ►  May 2022 (1)
      • ►  April 2022 (5)
      • ►  March 2022 (6)
      • ►  February 2022 (3)
      • ►  January 2022 (1)
    • ►  2021 (5)
      • ►  December 2021 (2)
      • ►  November 2021 (1)
      • ►  March 2021 (2)
    • ►  2020 (3)
      • ►  November 2020 (1)
      • ►  July 2020 (1)
      • ►  March 2020 (1)
    • ►  2019 (2)
      • ►  October 2019 (1)
      • ►  May 2019 (1)
    • ►  2018 (2)
      • ►  November 2018 (1)
      • ►  April 2018 (1)
    • ▼  2015 (3)
      • ▼  October 2015 (3)
        • ISRR 9, Australian War Memorial and Floriade: 3rd ...
        • Apply Visa: Australia
        • Exploring Australia with Symposium

    Followers

    BloggerHub

    BloggerHub Indonesia

    Blogger perempuan

    Blogger Perempuan

    1 minggu 1 cerita

    1minggu1cerita

    Created with by ThemeXpose